BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang
Dalam
tugas kita sehari-hari, entah sebagai guru bahasa, sebagai penerjemah, sebagai
pengarang, sebagai penyusun kamus, sebagai wartawan, sebagai apapun yang
berkenaan dengan bahasa, tentu kita akan menghadapi masalah-masalah linguistik,
atau yang berkaitan dengan linguistik. Tanpa pengetahuan yang memadai mengenai
linguistik mungkin kita akan mendapatkan kesulitan dalam melaksaanakan tugas
kita. Tetapi kalau kita mengetahui masalah linguistik, kita akan mendapatkan
kemudahan dalam melaksanakan tugas itu. Mengapa? Karena linguistik akan memberi
pemahaman kepada kita mengenai hakikat dan seluk beluk bahasa sebagai
satu-satunya alat komunikasi terbaik yang hanya dimiliki manusia, serta
bagaimana bahasa itu menjalankan peranannya dalam kehidupan manusia
bermasyarakat.
Masalah
kita di sini, yang akan kita bicarakan dalam makalah ini adalah, apakah
linguistik itu,
apakah manfaat linguistik, apakah obyek kajian linguistik,
apakah fungsi linguistik,
dan begitu juga Apakah hakikat bahasa dan semua itu ada dalam ilmu linguistik.[1]
Dan pada kesempatan kali ini, saya akan membahas mengenai hal-hal tersebut.
B.
Rumusan Masalah
Dalam makalah ini
yang akan saya bahas adalah sebagai berikut:
1. Apakah pengertian linguistik?
2. Apakah manfaat linguistik?
3.
Apakah obyek kajian linguistik?
4.
Apakah fungsi linguistik?
5.
Apa
saja hakikat bahasa?
C. Tujuan Penulisan
Tujuan dari
makalah yang saya buat ini adalah untuk pemenuhan tugas mata kuliah ilmu lughah
wa ‘ilm ad-dilalah serta sebagai berikut:
1. Untuk menjelaskan pengertian linguistik.
2. Untuk memaparkan manfaat linguistik.
3. Untuk menjelaskan tentang obyek kajian linguistik.
4. Untuk menjelaskan fungsi linguistik.
5. Untuk menjelaskan hakikat bahasa.
BAB II
PEMBAHASAN
A.
Pengertian Linguistik
Linguistik
berarti ilmu bahasa. Kata linguistik
berasal dari kata latin lingua yang berarti “bahasa”. Dalam bahasa
“Roman” (yaitu bahasa yang berasal dari bahasa latin) masih ada kata-kata yang
serupa dengan lingua latin, yaitu langue atau langage
dalam bahasa Prancis, dan lingua dalam bahasa Itali. Bahasa inggris
memungut dari bahasa Prancis kata yang kini menjadi language. Istilah linguistic
dalam bahasa Inggris berkaitan dengan kata languge itu, seperti dalam
bahasa Prancis istilah linguistique berkaitan dengan langage.
Dalam bahasa Indonesia “linguistik” adalah nama bidang ilmu, dan kata sifatnya
adalah “linguistis” atau “linguistik”.
Linguistik
modern berasal dari sarjana
swissferdinand de saussure, yang bukunya cours de linguistique generale (mata pelajaran linguistik umum)
terbit tahun 1916, secara anumerta. De saussauremembedakan (kata Prancis) langue
dan langage. Ia membedakan juga parole (‘tuturan’) dari kedua istilah
tadi.
Bagi de
saussure, langue adalah salah satu bahasa (misalnya bahasa Prancis, bahasa
Inggris, atau bahasa Indonesia) adalah sebagai “sistem”. Sebaliknya, langage
berarti bahasa sebagai sifat khas makhluk manusia, seperti dalam ucapan
“Manusia memiliki bahasa , binatang tidak memiliki bahasa”. Parole ‘tuturan’
adalah bahasa sebagaimana dipakai secara konkret: ‘logat’, ‘ucapan’,
‘perkataan’. Dalam ilmu linguistik para sarjana sering memakai kata-kata
prancis tersebut langue, langage, dan parole) sebagai
istilah profesional. (perhatikanlah: istilah Prancis langage dieja tanpa
huruf u, sedangkan kata inggris language memakai huruf u).[2]
Menurut Chaer
(1994 : 2) ilmu bahasa di Indonesia saat
ini dikenal juga dengan ilmu linguistik. Istilah linguistik sepadan dengan
istilah linguistic (inggris), linguistiek (Belanda), linguistica
(Italia), linfvistika (Rusia), linguistique (Prancis). Kata
linguistik berasal dari bahasa Latin lingua yang berarti bahasa. Kata
Arab yang mirip dengan kata lingua adalah kata Lughah (لغة
) “bahasa”.
Muhammad fahmi hijazy dalam kitabnya yang berjudul “Madkhlun
Ilaa ‘Ulum Al-Lughah” menjelaskan
bahwa linguistik dalam pengertian yang sederhana adalah suatu ilmu tentang
bahasa yang digali dengan cara atau
metode yang ilmiah.[3]
Sedangkan Mario
Pei menjelaskan bahwa linguistik adalah ilmu yang menekankan terhadap bahasa
itu sendiri. Sedangkan arti dari bahasa itu sendiri adalah sesuatu yang
berhubungan dengan ucapan manusia. Ada juga pengertian lain yang lebih luas,
diantaranya :
1. Bahasa adalah sesuatu yang mengandung
arti.
2. Segala sesuatu yang mempunyai arti yang
memahamkan.[4]
Secara populer
orang sering mengatakan linguistik adalah ilmu tentang bahasa; atau ilmu yang
menjadikan bahasa sebagai objek kajiannya; atau lebih tepat lagi; seperti
dikatakan Martinet (1987:19), telaah ilmiah mengenai bahasa manusia. Dalam pelbagai buku mungkin rumusannya agak
berbeda, tetapi, bahwa bahasa menjadi kajian linguistik, kiranya tidak perlu
diperdebatkan lagi.[5]
Orang yang ahli
dalam ilmu linguistik atau pakar linguistik disebut lunguis (Inggris linguist).
Namun, perlu diperhatikan dalam bahasa Inggris kata linguist mempunyai dua buah
pengertian. Selain berarti ahli linguistik juga berarti orang yang fasih dalam
beberapa bahasa. Selain itu, perlu pula dicamkan, seseorang yang fasih dalam menggunakan
beberapa bahasa belum tentu adalah pakar bahasa; dan seorang pakar bahasa belum
tentu fasih dalam beberapa bahasa, meskipun tentunya adalah wajar kalau seorang
pakar bahasa menguasai dengan baik beberapa bahasa. Minimal sebuah bahasa lain
disamping bahasa ibunya.
Ilmu linguistik
sering juga disebut linguistik umum (general linguistics). Artinya, ilmu
linguistik itu tidak hanya mengkaji sebuah bahasa saja, seperti bahasa Jawa
atau bahasa Arab, melainkan mengkaji seluk beluk bahasa pada umumnya, bahasa
yang menjadi alat interaksi sosial milik manusia, yang dalam peristilahan
Prancis disebut langage. Untuk jelasnya, perhatikan contoh berikut. Kata
bahasa Indonesia, “perpanjang” dapat dianalisis menjadi dua buah morfem, yaitu
morfem per- dan panjang (apakah morfem itu, akan dibicarakan pada Bab
Morfologi). Morfem per- disebut sebagai kausatif karena memberi makna ‘sebabkan
jadi’, perpanjang berarti ‘sebabkan sesuatu menjadi panjang’. Sekarang
perhatikan bahasa Inggris (to) befriend yang berarti ‘menjadikan sahabat’.
Disini jelas ada morfem be- dan morfem friend; dan morfem be- juga memberi
makna kausatif. Perhatikan pula kata bahasa Belanda vergroot ‘perbesar’. Jelas
disitu ada morfem kausatif ver- dan morfem dasar groot yang berarti ‘besar’.
Dengan membandingkan ketiga contoh itu, kita mengenali adanya morfem pembawa
makna kausatif baik dalam bahasa Indonesia, bahasa Inggris, maupun bahasa
Belanda. Ataupun dalam bahasa lain lagi.
Begitulah
bahasa-bahasa di dunia ini meskipun banyak sekali perbedaannya, tetapi ada pula
persamaannya. Ada ciri-cirinya yang universal. Hal seperti itulah yang diteliti
oleh linguistik. Maka karena itulah linguistik sering dikatakan bersifat umum;
dan karena itu pula nama ilmu ini, linguistik, biasa juga disebut linguistik
umum.
Keumuman
linguistik ini akan tampak dari contoh-contoh pembahasan yang diambil dari
berbagai bahasa, bukan dari bahasa tertentu saja. Misalnya, dalam pembahasa
urutan D – M (Diterangkan – Menerangkan) diambil contoh dari bahasa Indonesia
dan bahasa Prancis. Dalam pembahasan morfen suprasegmental diambil contoh dari
bahasa Cina atau bahasa Muangthai. Dalam pembahasan paradigma inflegsional
digunakan contoh dari bahasa Latin. Dalam pembahasan mengenai modifikasi
internal diambil contoh dari bahasa Arab.[6]
B.
Manfaat Linguistik
Setiap ilmu,
betapapun teoritisnya, tentu mempunyai manfaat praktis dalam kehidupan manusia.
Begitu juga dengan linguistik. Kita bisa bertanya manfaat apakah yang diberikan
linguistik kepada kita? Seperti sudah disinggung diatas bahwa linguistik akan
memberi manfaat langsung kepada mereka
yang berkecimpung dalam kegiatan yang berhubungan dengan bahasa, seperti
linguis itu sendiri, guru bahasa, penerjemah, penyusun buku pelajaran, penyusun
kamus, petugas penerangan, para jurnalis, politikius, diplomat, dan sebagainya.
Diantaranya adalah sebagai berikut:
1.
Bagi
linguis
Bagi linguis
sendiri pengetahuan yang luas mengenai linguistik tentu akan sangat membantu
dalam menyelesaikan dan melaksanakan tugasnya
2.
Bagi
peneliti, kritikus dan peminat sastra
Linguistik
akan membantunya dalam memahami
karya-karya sastra dengan lebih baik, sebab bahasa, yang menjadi objek
penelitian linguistik itu, merupakan wadah pelahiran karya sastra. Tidak
mungkin kita dapat memahami karya sastra dengan baik tanpa mempunyai
pengetahuan mengenai hakikat dan struktur bahasa dengan baik. Apalagi kalau
diingat bahwa karya sastra menggunakan ragam bahasa khusus yang tidak sama
dengan bahasa umum.
3.
Bagi
guru umum dan guru bahasa
Pengetahuan
linguistik sangat penting, mulai dari
subdisiplin, fonologi, morfologi, sintaksis, semantik, leksikologi, sampai
dengan pengetahuan mengenai hubungan bahasa dengan kemasyarakatan dan
kebudayaan. Bagaimana mungkin seorang guru bahasa dapat melatih keterampilan
berbahasa kalau dia tidak menguasai fonologi; bagaimana mungkin dia dapat
melatih keterampilan menulis (mengarang) kalau dia tidak menguasai ejaan,
morfologi, sintaksis, semantik dan leksikologi.
4.
Bagi
penerjemah
Pengetahuan
linguistik mutlak diperlukan bukan hanya yang berkenaan dengan morfologi,
sintaksis, dan semantik saja, tetapi juga berkenaaan dengan sosiolinguistik dan
kontrastif linguistik. Seorang penerjemah bahasa Inggris-Indonesia harus bisa
memlih terjemahan misalnya, my brother itu menjadi “kakak saya”, “adik
saya”, atau cukup “ saudara saya” saja.
5.
Penyusun
kamus atau leksikografer
Menguasai semua
aspek linguistik mutlak diperlukan, sebab semua pengetahuan linguistik akan
memberi manfaat dalam menyelesaikan tugasnya.
Untuk bisa menyusun kamus dia harus mulai dengan menentukan fonem-fonem bahasa yang akan dikamuskannya,
menentukan ejaan atau grafem fonem-fonem tersebut, memahami seluk-beluk bentuk
dan pembentukan kata, struktur frase, struktur kalimat, makna leksikal, makna
gramatikal, makna kontekstual, dan makna idiomatikal, serta latar belakang
sosial bahasa tersebut.
6.
Penyusun
buku pelajaran
Pengetahuan
linguistik akan memberi tuntunan bagi penyusun buku teks dalam menyusun kalimat
yang tepat, memilih kosa-kata yang sesuai dengan jenjang usia pembaca buku
tersebut.
7.
Para
negarawan atau politikus
Pengetahuan
linguistik bagi para negarawan dan
politikus dalam memperjuangkan ideologi dan konsep-konsep kenegaraan atau
pemerintahan, secara lisan dia harus menguasai bahasa dengan baik serta
berkaitan dengan kemasyarakatan, maka tentu dia akan dapat meredam dan
menyelesaikan gejolak sosial yang terjadi dalam masyarakat akibat dari
perbedaan dan pertentangan bahasa.[7]
C.
Objek Kajian Linguistik
Objek
linguistik adalah bahasa.Akan tetapi pengertian istilah “bahasa” itu belum
jelas.Karena itu, marilah kita teliti berbagai arti yang dimiliki istilah
“bahasa” itu.
Pertama,
istilah “bahasa” sering dipakai dalam arti kiasan seperti dalam ungkapan
seperti “bahasa tari”, “bahasa alam”, “bahasa tubuh”, dan lain sebagainya.
Perlu diperhatikan bahwa arti kiasan seperti itu tidak termasuk arti istilah
“bahasa” dalam ilmu linguistik.
Kedua, ada
pengertian istilah “bahasa” dalam arti “harfiah”. Arti itu yang kita temukan
dalam ungkapan seperti “ilmu bahasa”, “bahasa Indonesia”, “bahasa inggris”,
“semestaan bahasa”, dan lain sebagainya. Dalam pengertian demikian kita
sebaiknya membedakan langage, langue, dan parole.
Hanya dalam
pengertian kedua inilah bahasa itu menjadi objek ilmu linguistic. Di samping
itu, kita juga membedakan bahasa tutur dan bahasa tulis. Bahasa tulis dapat
disebut “turunan” dari bahasa tutur. Bahasa tutur merupakan objek primer ilmu
linguistik, sedangkan bahasa tulis merupakan objek sekunder linguistik. Bahasa tulis,
atau “ortografi”, pada umumnya tidak merupakan representasi langsung dari
bahasa tutur, dan justru di sinilah ada banyak masalah yang pantas diteliti
oleh ahli linguistic. Yang penting disini ialah bahwa setiap bahasa pada
dasarnya berbentuk bahasa tutur. Hanya secara sekunder sajalah bahasa berbentuk
tulis.
Akhirnya perlu
kita bertanya bagaimana langage, langue dan parole dibedakan
sebagai objek linguistik. Parole merupakan objek konkret untuk ahli linguistik,
bagaikan bahan “mentah” yang biasa disebut “data” (atau “teks”). Langue adalah
objek yang sedikit lebih abstrak, dan yang paling abstrak adalah langage.
Perlu
diperhatikan bahwa menguasai suatu bahasa (dalam arti dapat memakai secara
lancar) tidak sama dengan menerangkan kaidah-kaidahnya. Tambahan pula, belajar
suatu bahasa tidak ama dengan belajar tentang bahasa tersebut. Misalnya, anda
menguasai bahasa Indonesia, tetapi tanpa keahlian khusus anda tidak dapat
menerangkan tata bahasa Indonesia. Dengan perkataan lain, apa yang anda kuasai
(yaitu bahasa Indonesia sebagai langue) memang merupakan objek penelitian
linguistik terhadap bahasa Indonesia, tetapi cara menguasai bahasa
tersebut bukanlah objek linguistic.
Kalau begitu, apakah fungsi penguasaan suatu bahasa dalam penelitian
linguistik? Jawabannya adalah penguasaan merupakan titik tolak dari penelitian,
dan kita tahu secara intuitif apakah suatu contoh dari parole benar atau tidak
benar. Misalnya, bila ada orang berkata kucing itu mengejar besar tikus,
serta-merta kita tahu bahwa kalimat itu tidak benar, bukan karena orang itu
tidak menguasai bahasa Indonesia, melainkan karena alasan lain, seperti salah
ucap, atau karena orangnya lelah, atau ia kurang memperhatikan apa yang
dikatakannya.
Dengan
perkataan lain, parole adalah objek linguistic konkret. Karena kita lancar
dalam bahasa yang bersangkutan (atau orang lain yang membantu kita), kita dapat
membedakan yang tepat dan yang tidak tepat, dan dari itulah dapat kita tarik
kesimpulan menyangkut langue yang bersangkutan. Akhirnya, dengan membandingkan
bahasa-bahasa yang agak banyak, kita dapat menyimpulkan hal-hal tertentu tentang
langage.[8]
D.
Fungsi linguistik
1.
Fungsi
umum
Fungsi umum
adalah sebagai alat komunikasi sosial. Di dalam masyarakat ada komunikasi atau
saling hubungan antar anggota. Untuk keperluan itu dipergunakan suatu wahana
yang dinamakan bahasa. Dengan demikian, setiap masyarakat dipastikan memiliki
dan menggunakan alat komunikasi sosial tersebut. Tidak ada masyarakat tanpa
bahasa, dan tidak ada pula bahasa tanpa masyarakat. Ada orang yang
mempertanyakan mana yang lebih dulu ada, bahasa atau masyarakat. Pertanyaan ini
sama dengan pertanyaan mana yang lebih dulu, ayam atau telur?
Disuatu media
massa (Abadi, 1971) seorang bernama Kang En (mungkin nama samaran)
menulis sebuah artikel yang isinya agak provokatif, yaitu : “ bahasa yang
merusak mental bangsa”. Hal ini perlu
diketengahkan sebab tulisan itu tampaknya beranjak dari hipotesis Whorf-Sapir.
Ada tiga persoalan dalam bahasa indonesia yang di kemukakan oleh Kang En,
yaitu: (1) masalah kata sapaaan, (2) masalah kala (tenses), dan (3)
salam (greeting).
a. masalah kata sapaaan
disana
dikemukakan oleh Kang En bahwa kata sapaan dalam bahasa Indonesia (Bapak, Ibu,
Saudara) meminjam kata dari perbendaharaan hubungan kekerabatan/ famili(bapak,
ibu ,saudara). Hal ini tampaknya ada suatu dampak yang signifikan, yakni
mengakibatkan masyarakat pemakainya memiliki sifat familier dan nepotis.
a. masalah kala (tenses)
bahasa
Indonesia sebagai bahsa tipe aglunatif memang tidak mengenal tenses
(kala). Hal ini telah mengakibatkan masyarakatnya kurang begitu peduli waktu
dang kurang menghargai waktu atau kurang disiplin masalah waktu.
b. salam (greeting)
salam kita yang
paling populer adalah apa kabar ? yang menjadi persoalan ialah, samakah
perilaku bangsa yang menggunakan salam apa kabar? Dengan perilaku bangsa yang
menggunakan how do you do! Dampak pemakaian kata do tampaknya
berbeda dengan pemakaian apa kabar. Kata do memiliki sugesti untuk
membuat sesuatu, sedangkan kata apa kabar memiliki sugesti “memburu berita”.
2.
Fungsi
Khusus
Jakobson
membagi fungsi bahasa atas enam macam, yakni fungsi emotif, konatif,
referensial, puitik, fatik, dan metalingual.
Ahli bahasa yang gagasannya terilhami oleh Buhler ini mendasarkan
pembagiannya atas tumpuan perhatian atau aspek. Seperti kita ketahui bahwa
bahasa memiliki enam aspek, yakni aspek addreser, context, messege, contact,
code, dan addresce.
Apabila
tumpuaaNnya pada si penutur (addreser), fungsi bahasanya dinamakan
emotif. Apabila tumpuaan pembicaraannya pada (context), fungsi bahasa disebut referensial. Apabila
tumpuaan pembicaraannya pada amanat (messege), fungsi bahasanya
disebut puitik (poetic). Apabila
tumpuaan pembicaraannya pada kontaks (contact), fungsi bahasanya disebut fatik (phatic).
Apabila tumpuaan pembicaraannya pada kode (code), fungsi bahasanya disebut
metalingual. Apabila tumpuaan pembicaraannya pada lawan bicara (addresce)
fungsi bahasanya dinamakan konatif. [9]
E.
Hakikat Bahasa
Kata bahasa dalam bahasa Indonesia
memiliki lebih dari satu makna dan pengertian sehingga seringkali membingungkan.[10]
1.
Bahasa
Sebagai Sistem
Sistem berarti
susunan teratur berpola yang membentuk suatu keseluruhan yang bermakna atau
berfungsi. Sebagai sebuah sistem, bahasa sekaligus bersifat sistematis dan
sistemis. Sistematis artinya bahasa tersusun berdasarkan suatu pola tertentu.
Sedangkan sistemis artinya bahasa bukan merupakan sistem tunggal, tetapi
terdiri dari sub sistem/ sistem bawahan.
Jenjang
subsistem dalam linguistik dikenal dengan nama tataran linguistik atau bahasa.
Jika diurutkan dari tataran terendah sampai tertinggi, yang menyangkut ketiga
subsistem struktural yaitu tataran fonem, morfem, frase, klausa, kalimat, dan
wacana.
Dalam
morfologi, kata menjadi satuan terbesar dan dikaji dtruktur dan proses
kajianya, sedangkan sintaksis kata menjadi satuan terkecil dan dikaji sebagai
unsur pembentuk sintaksis yang lebih besar.
2.
Bahasa sebagai lambang
Kata lambang
sering dipadankan dengan kata simbol dengan pengertian yang sama. Lambang
dengan berbagai seluk beluknya dikaji orang dalam kegiatan ilmiah yang disebut
ilmu semiotika atau semiologi. Bahasa merupakan sistem lambang bunyi yang
membuat penuturnya bisa menyampaikan semua pikiran atau sikap sebagai sebuah
lambang atau simbol untuk mengacu pada sesuatu yang disimbolkan. Hanya yang
perlu digaris bawahi bahwa antara lambang dengan sesuatu yang dilambangkan
tidak ada hubungan secara langsung. Setiap kata memang mengacu pada yang
dilambangkan. Namun, kata saja tidak bisa dipahami secara utuh tanpa melibatkan
konteks penggunaan kata itu dalam struktur yang lebih besar seperti frasa,
klausa, dan kalimat. Konteks berperan penting dalam penggunaan suatu kata
sebagai lambang.
3.
Bahasa
adalah bunyi
Yang dimaksud
dengan bunyi bahasa atau bunyi ujaran adalah satuan bunyi yang diucapkan oleh
alat ucap manusia. Dalam linguistik yang disebut bahasa, yang primer adalah
yang diucapkan, yang dilisankan, yang keluar dari alat ucap manusia. Bahasa
yang dilisankan inilah yang menjadi objek linguistik, hanyalah bersifat
sekunder.
4.
Bahasa
itu bermakna
Yang
dilambangkan dalam lughah itu adalah suatu pengertian, suatu konsep,
suatu ide, atau suatu pikiran yang ingin disampaikan dalam wujuud bunyi. Oleh
karena itu, dapat dikatakan bahwa bahasa itu mempunyai makna. Lambang-lambang
bunyi bahasa yang bermakna itu di dalam bahasa berupa satuan-satuan bahasa yang
berwujud morfem, kata (kalimah), frasa (tarkiib), klausa (jumailah),
kalimat (jumlah), dan wacana (maqaal). Semua satuan itu memiliki
makna. Namun karena ada perbedaan tingkataNnya, maka jenis maknanyapun tidak
sama. Makna yang berkenaan dengan morfem dan kata disebut makna leksikal (ma’na
al-lafdzi), yang berkenaan dengan frasa, klausa, kalimat disebut makna
gramatikal (ma’na an-nahwiy), dan yang berkenaan dengan wacana disebut
dengan makna pragmatik atau makna konteks (ma’na at-tadaawuli atau ma’na
al-siyaaqi).
5.
Bahasa
itu Arbitrer
Yang dimaksud
dengan istilah arbitrer adalah tidak adanya hubungan wajib antara lambang
bahasa (yang berwujud bunyi itu) dengan konsep atau pengertian yang dimaksud
oleh lambang tersebut. Andaikata ada hubungan wajib antara lambang dengan yang
dilambangkan, tentu lambang yang dalam bahasa Arab berbunyi “bait” akan
disebut juga “bait” dalam bahasa Indonesia, bukan “rumah”. Dengan kata lain,
tidak ada kata yang baik dan kata yang buruk dalam membincangkan nama-nama
satuan-satuan kosakata.
6.
Bahasa
itu Konvensional
Meskipun
hubungan antara lambang bunyi dengan yang dilambangkan bersifat arbitrer,
tetapi penggunaan lambang tersebut untuk suatu konsep tertentu bersifat
konvensional. Artinya semua anggota masayarakat bahasa itu digunakan untuk
mewakili konsep yang diwakilinya.
7.
Bahasa
itu Produktif
Meskipun
unsur-unsur bahasa itu terbatas, tetapi dengan unsur yang jumlahnya terbatas
itu dapat dibuat satuan-satuan bahasa yang jumlahnya tidak terbatas, meski
secara relatif sesuai dengan sistem yang berlaku dalam bahasa tersebut. Oleh
karenanya, bahasa dikatakan produktif.
8.
Bahasa
itu Unik
Bahasa dikatakan bersifat unik berarti setiap bahasa mempunyai ciri
khas sendiri yang tidak dimiliki oleh bahasa lainya. Ciri khas ini menyangkut
sistem bunyi, sistem pembentukan kata, kalimat atau sistem-sistem lainya. Salah
satu keunikan bahasa Indonesia adalah bahwa tekanan kata tidak bersifat morfemis,
melainkan sintaksis, maksuDnya makna kata tetap yang berubah makna keseluruhan
kalimat.
9.
Bahasa
itu Universal
Ada ciri-ciri
yang sama yang dimiliki oleh setiap bahasa yang ada didunia ini. Ciri-ciri itu
menjadi unsur bahasa yang paling umum yang bisa dikaitkan dengan ciri-ciri atau
sifat-sifat bahasa lain. Karena bahasa itu berupa ujaran, maka ciri universal
dari bahasa yang paling umum adalah bahwa bahasa itu mempunyai bunyi bahasa
yang terdiri dari vokal dan konsonan. Bukti lain dari keuniversalan yang
bermakna adalah berupa kata (kalimah), frasa (tarkiib), klausa (jumailah),
kalimat (jumlah), dan wacana (maqaal). Namun pembentukan
satuan-satuan tersebut mungkin tidak sama.
10.
Bahasa
itu Dinamis
Bahasa
merupakan satu-satunya milik manusia yang tidak pernah lepas dari segala
kegiatan dan gerak manusia sebagai makhluk hidup yang berbudaya dan
bermasyarakat. Dalam kehidupan bermasyarakat kegiatatan manusia itu tidak tetap
dan selalu berubah-ubah, maka bahasapun juga ikut berubah, menjadi tidak tetap,
dan menjadi statis. Karena itulah bahasa itu disebut dinamis.
Perubahan
bahasa bisa terjadi pada semua tataran, baik fonologi, morfologi, sintaksis,
semantik, maupun leksikon. Perubahan yang paling jelas, dan paling banyak
terjadi terdapat pada bidang leksikon dan semantik. Hampir setiap saat ada
kata-kata baru yang muncul sebagai akibat perubahan budaya dan ilmu, atau ada
kata-kata lama yang muncul dengan makna baru. Perubahan bahasa yang terjadi
bisa berupa pengembangan dan perluasan ataupun berupa kemunduran sejalan dengan
perubahan yang dialami oleh masyarakat bahasa yang bersangkutan. Kemampuan
adaptasi yang dimiliki oleh bahasa inilah yang membuat sebagian ahli menganggap
bahwa bahasa itu sempurna (al-lughah al-kamiilah).
11.
Bahasa
itu Bervariasi
Mengenai
variasi bahasa ini ada tiga istilah yang perlu diketahui, yaitu idiolek,
dialek, dan ragam. Idiolek adalam ragam atau variasi bahasa yang bersifat
perseorangan. Dialek adalah variasi bahasa yang digunakan oleh kelompok anggota
masyarakat pada suatu tempat atau suatu waktu. Ragam atau ragam bahasa adalah
variasi bahasa yang digunakan dalam situasi, keadaan, atau untuk keperluan
tertentu. Untuk situasi formal digunakan ragam bahasa yang disebut ragam bahasa
baku atau standar dan untuk situasi tida formal digunakan ragam bahasa yang
tidak baku atau nonstandar.
12.
Bahasa
itu Manusiawi
Bahwa alat
komunikasi manusia yang namanya bahasa adalah bersifat manusiawi, dalam arti
hanya milik manusia dan hanya dapat digunakan oleh manusia. Alat komunikasi
binatang bersifat terbatas, dalam arti hanya digunakan untuk keperluan hidup
“kebinatanganya”itu sendiri.
BAB III
PENUTUP
Kesimpulan
Kata linguistik
berasal dari kata latinlingua yang berarti bahasa. Dalam bahasa Indonesia
linguistik adalah nama bidang ilmu, dan kata sifatnya adalah linguistis atau
linguistik.
Bagi linguis
sendiri pengetahuan yang luas mengenai linguistik tentu akan sangat membantu
dalam menyelesaikan dan melaksanakan tugasnya. Bagi guru, terutama guru bahasa,
pengetahuan linguistik sangat penting, mulai dari subdisiplin fonologi,
morfologi, sintaksis, semantik, leksikologi, sampai dengan pengetahuan mengenai
hubungan bahasa dengan kemasyarakatan dan kebudayaan. Bagi penerjemah,
pengetahuan linguistik mutlak diperlukan bukan hanya yang berkenaan dengan
morfologi, sintaksis, dan semantik saja, tetapi juga yang berkenaan dengan
sosiolinguistik dan kontrastiflinguistik. Pengetahuan linguistik juga memberi
manfaat bagi penyusun buku pelajaran atau buku teks. Pengetahuan linguistik
akan memberi tuntunan bagi penyusun buku teks dalam menyusun kalimat yang
tepat, memilih kosakata yang sesuai dengan jenjang usia pembaca buku tersebut.
Objek
linguistik adalah bahasa.Pertama, istilah “bahasa” sering dipakai dalam arti
kiasan seperti dalam ungkapan seperti “bahasa tari”, “bahasa alam”, “bahasa
tubuh”, dan lain sebagainya. Perlu diperhatikan bahwa arti kiasan seperti itu
tidak termasuk arti istilah “bahasa” dalam ilmu linguistik.
Kedua, ada pengertian
istilah “bahasa” dalam arti “harfiah”. Arti itu yang kita temukan dalam
ungkapan seperti “ilmu bahasa”, “bahasa Indonesia”, “bahasa inggris”,
“semestaan bahasa”, danlain sebagainya. Dalam pengertian demikian kita
sebaiknya membedakan langage, langue, dan parole.
Fungsi
Linguistik: a. Fungsi umum adalah sebagai alat komunikasi sosial. Ada tiga
persoalan dalam bahasa indonesia yang di kemukakan oleh Kang En, yaitu: (1)
masalah kata sapaaan, (2) masalah kala (tenses), dan (3) salam (greeting).
b Fungsi Khusus, Jakobson membagi fungsi bahasa atas enam macam, yakni fungsi
emotif, konatif, referensial, puitik, fatik, dan metalingual. Ahli bahasa yang gagasannya terilhami oleh
Buhler ini mendasarkan pembagiannya atas tumpuan perhatian atau aspek. Seperti
kita ketahui bahwa bahasa memiliki enam aspek, yakni aspek addreser,
context, messege, contact, code, dan addresce.
Hakikat bahasa
adalah sebagai: (a) Bahasa Sebagai Sistem,Bahasa sebagai lambang, (b) Bahasa
adalah bunyi , (c) Bahasa adalah bunyi, (d) Bahasa itu Arbitrer, (e) Bahasa itu
Konvensional, (f) Bahasa itu Produktif, (g) Bahasa itu Unik, (h) Bahasa itu
Universal, (i) Bahasa itu Dinamis, (j) Bahasa itu Bervariasi, (k) Bahasa itu
Manusiawi.
DAFTAR
PUSTAKA
Chaer, Abdul.
1994. Linguistik Umum. Jakarta: Rineka Cipta.
Chaer, Abdul.
2012. Linguistik Umum. Jakarta: Rineka Cipta.
Hijaziy, Mahmud
Fahmi, Madkhalun Ilaa ‘Ulum Al-Lughah. Mesir : Dar Qoba’.
Soeparno,
2002. Dasar-Dasar Linguistik Umum.Yogyakarta:
Tiara Wacana Yogya.
Umar, Mukhtar,
Ahmad. 1987. Usus ‘Ulum Al-Lughah, Judul Asli INVITATION TO
LINGUISTICS (A basic indroduction to the science of language). Kairo :
‘Alim Al-Kutub.
Verhaar,1996. Asas-Asas
Linguistik Umum. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press.
[1]Abdul Chaer, Linguistik Umum (EdisiRevisi),
(Jakarta: PT Rineka Cipta: 2012), hlm. 1.
[2]
J.W.M.
Verhaar, Asas-Asas Linguistik Umum, (Yogyakarta : Gajah Mada University
Press, 1996), hlm. 1.
[4]
Dr. Ahmad
Mukhtar Umar, Usus ‘Ulum Al-Lughah, Judul Asli INVITATION TO
LINGUISTICS (A basic indroduction to the science of language), (Kairo:
‘Alim Al-Kutub, 1987), hlm. 35.
[9] Soeparno, Dasar-Dasar
Linguistik Umum (cetakan pertama), (Yogyakarta: Tiara Wacana
Yogya: 2002), hlm. 5-10.
[10] Abdul Chaer, Linguistik
Umum (cetakan pertama), (Jakarta: PT Rineka Cipta:1994), hlm.33-56.
Mantap sangat membantu setelah saya membaca tulisan ini.
BalasHapusterimakasih:)
BalasHapus