Selasa, 27 November 2018

pengertian Linguistik (علم الدلالة)


BAB I
PENDAHULUAN
A.    Latar Belakang
Dalam tugas kita sehari-hari, entah sebagai guru bahasa, sebagai penerjemah, sebagai pengarang, sebagai penyusun kamus, sebagai wartawan, sebagai apapun yang berkenaan dengan bahasa, tentu kita akan menghadapi masalah-masalah linguistik, atau yang berkaitan dengan linguistik. Tanpa pengetahuan yang memadai mengenai linguistik mungkin kita akan mendapatkan kesulitan dalam melaksaanakan tugas kita. Tetapi kalau kita mengetahui masalah linguistik, kita akan mendapatkan kemudahan dalam melaksanakan tugas itu. Mengapa? Karena linguistik akan memberi pemahaman kepada kita mengenai hakikat dan seluk beluk bahasa sebagai satu-satunya alat komunikasi terbaik yang hanya dimiliki manusia, serta bagaimana bahasa itu menjalankan peranannya dalam kehidupan manusia bermasyarakat.
Masalah kita di sini, yang akan kita bicarakan dalam makalah ini adalah, apakah linguistik itu, apakah manfaat linguistik, apakah obyek kajian linguistik, apakah fungsi linguistik, dan begitu juga Apakah hakikat bahasa dan semua itu ada dalam ilmu linguistik.[1] Dan pada kesempatan kali ini, saya akan membahas mengenai hal-hal tersebut.

B.     Rumusan Masalah
Dalam makalah ini yang akan saya bahas adalah sebagai berikut:
1.      Apakah pengertian linguistik?
2.      Apakah manfaat linguistik?
3.      Apakah obyek kajian linguistik?
4.      Apakah fungsi linguistik?
5.      Apa saja hakikat bahasa?

C.    Tujuan Penulisan
Tujuan dari makalah yang saya buat ini adalah untuk pemenuhan tugas mata kuliah ilmu lughah wa ‘ilm ad-dilalah serta sebagai berikut:
1.      Untuk menjelaskan pengertian linguistik.
2.      Untuk memaparkan manfaat linguistik.
3.      Untuk menjelaskan tentang obyek kajian linguistik.
4.      Untuk menjelaskan fungsi linguistik.
5.      Untuk menjelaskan hakikat bahasa.
BAB II
PEMBAHASAN
A.    Pengertian Linguistik
Linguistik berarti  ilmu bahasa. Kata linguistik berasal dari kata latin lingua yang berarti “bahasa”. Dalam bahasa “Roman” (yaitu bahasa yang berasal dari bahasa latin) masih ada kata-kata yang serupa dengan lingua latin, yaitu langue atau langage dalam bahasa Prancis, dan lingua dalam bahasa Itali. Bahasa inggris memungut dari bahasa Prancis kata yang kini menjadi language. Istilah linguistic dalam bahasa Inggris berkaitan dengan kata languge itu, seperti dalam bahasa Prancis istilah linguistique berkaitan dengan langage. Dalam bahasa Indonesia “linguistik” adalah nama bidang ilmu, dan kata sifatnya adalah “linguistis” atau “linguistik”.
Linguistik modern  berasal dari sarjana swissferdinand de saussure, yang bukunya cours de linguistique  generale (mata pelajaran linguistik umum) terbit tahun 1916, secara anumerta. De saussauremembedakan (kata Prancis) langue dan langage. Ia membedakan juga parole (‘tuturan’) dari kedua istilah tadi.
Bagi de saussure, langue adalah salah satu bahasa (misalnya bahasa Prancis, bahasa Inggris, atau bahasa Indonesia) adalah sebagai “sistem”. Sebaliknya, langage berarti bahasa sebagai sifat khas makhluk manusia, seperti dalam ucapan “Manusia memiliki bahasa , binatang tidak memiliki bahasa”. Parole ‘tuturan’ adalah bahasa sebagaimana dipakai secara konkret: ‘logat’, ‘ucapan’, ‘perkataan’. Dalam ilmu linguistik para sarjana sering memakai kata-kata prancis tersebut langue, langage, dan parole) sebagai istilah profesional. (perhatikanlah: istilah Prancis langage dieja tanpa huruf u, sedangkan kata inggris language memakai huruf u).[2] 
Menurut Chaer (1994 : 2) ilmu bahasa  di Indonesia saat ini dikenal juga dengan ilmu linguistik. Istilah linguistik sepadan dengan istilah linguistic (inggris), linguistiek (Belanda), linguistica (Italia), linfvistika (Rusia), linguistique (Prancis). Kata linguistik berasal dari bahasa Latin lingua yang berarti bahasa. Kata Arab yang mirip dengan kata lingua adalah kata Lughah   (لغة ) “bahasa”.
Muhammad  fahmi hijazy dalam kitabnya yang berjudul “Madkhlun Ilaa ‘Ulum Al-Lughah”  menjelaskan bahwa linguistik dalam pengertian yang sederhana adalah suatu ilmu tentang bahasa  yang digali dengan cara atau metode yang ilmiah.[3]
Sedangkan Mario Pei menjelaskan bahwa linguistik adalah ilmu yang menekankan terhadap bahasa itu sendiri. Sedangkan arti dari bahasa itu sendiri adalah sesuatu yang berhubungan dengan ucapan manusia. Ada juga pengertian lain yang lebih luas, diantaranya :
1.      Bahasa adalah sesuatu yang mengandung arti.
2.      Segala sesuatu yang mempunyai arti yang memahamkan.[4]
Secara populer orang sering mengatakan linguistik adalah ilmu tentang bahasa; atau ilmu yang menjadikan bahasa sebagai objek kajiannya; atau lebih tepat lagi; seperti dikatakan Martinet (1987:19), telaah ilmiah mengenai bahasa manusia.  Dalam pelbagai buku mungkin rumusannya agak berbeda, tetapi, bahwa bahasa menjadi kajian linguistik, kiranya tidak perlu diperdebatkan lagi.[5]
Orang yang ahli dalam ilmu linguistik atau pakar linguistik disebut lunguis (Inggris linguist). Namun, perlu diperhatikan dalam bahasa Inggris kata linguist mempunyai dua buah pengertian. Selain berarti ahli linguistik juga berarti orang yang fasih dalam beberapa bahasa. Selain itu, perlu pula dicamkan, seseorang yang fasih dalam menggunakan beberapa bahasa belum tentu adalah pakar bahasa; dan seorang pakar bahasa belum tentu fasih dalam beberapa bahasa, meskipun tentunya adalah wajar kalau seorang pakar bahasa menguasai dengan baik beberapa bahasa. Minimal sebuah bahasa lain disamping bahasa ibunya.
Ilmu linguistik sering juga disebut linguistik umum (general linguistics). Artinya, ilmu linguistik itu tidak hanya mengkaji sebuah bahasa saja, seperti bahasa Jawa atau bahasa Arab, melainkan mengkaji seluk beluk bahasa pada umumnya, bahasa yang menjadi alat interaksi sosial milik manusia, yang dalam peristilahan Prancis disebut langage. Untuk jelasnya, perhatikan contoh berikut. Kata bahasa Indonesia, “perpanjang” dapat dianalisis menjadi dua buah morfem, yaitu morfem per- dan panjang (apakah morfem itu, akan dibicarakan pada Bab Morfologi). Morfem per- disebut sebagai kausatif karena memberi makna ‘sebabkan jadi’, perpanjang berarti ‘sebabkan sesuatu menjadi panjang’. Sekarang perhatikan bahasa Inggris (to) befriend yang berarti ‘menjadikan sahabat’. Disini jelas ada morfem be- dan morfem friend; dan morfem be- juga memberi makna kausatif. Perhatikan pula kata bahasa Belanda vergroot ‘perbesar’. Jelas disitu ada morfem kausatif ver- dan morfem dasar groot yang berarti ‘besar’. Dengan membandingkan ketiga contoh itu, kita mengenali adanya morfem pembawa makna kausatif baik dalam bahasa Indonesia, bahasa Inggris, maupun bahasa Belanda. Ataupun dalam bahasa lain lagi.
Begitulah bahasa-bahasa di dunia ini meskipun banyak sekali perbedaannya, tetapi ada pula persamaannya. Ada ciri-cirinya yang universal. Hal seperti itulah yang diteliti oleh linguistik. Maka karena itulah linguistik sering dikatakan bersifat umum; dan karena itu pula nama ilmu ini, linguistik, biasa juga disebut linguistik umum.
Keumuman linguistik ini akan tampak dari contoh-contoh pembahasan yang diambil dari berbagai bahasa, bukan dari bahasa tertentu saja. Misalnya, dalam pembahasa urutan D – M (Diterangkan – Menerangkan) diambil contoh dari bahasa Indonesia dan bahasa Prancis. Dalam pembahasan morfen suprasegmental diambil contoh dari bahasa Cina atau bahasa Muangthai. Dalam pembahasan paradigma inflegsional digunakan contoh dari bahasa Latin. Dalam pembahasan mengenai modifikasi internal diambil contoh dari bahasa Arab.[6]
B.     Manfaat Linguistik
Setiap ilmu, betapapun teoritisnya, tentu mempunyai manfaat praktis dalam kehidupan manusia. Begitu juga dengan linguistik. Kita bisa bertanya manfaat apakah yang diberikan linguistik kepada kita? Seperti sudah disinggung diatas bahwa linguistik akan memberi manfaat  langsung kepada mereka yang berkecimpung dalam kegiatan yang berhubungan dengan bahasa, seperti linguis itu sendiri, guru bahasa, penerjemah, penyusun buku pelajaran, penyusun kamus, petugas penerangan, para jurnalis, politikius, diplomat, dan sebagainya. Diantaranya adalah sebagai berikut:           
1.      Bagi linguis
Bagi linguis sendiri pengetahuan yang luas mengenai linguistik tentu akan sangat membantu dalam menyelesaikan dan melaksanakan tugasnya
2.      Bagi peneliti, kritikus dan peminat sastra
Linguistik akan  membantunya dalam memahami karya-karya sastra dengan lebih baik, sebab bahasa, yang menjadi objek penelitian linguistik itu, merupakan wadah pelahiran karya sastra. Tidak mungkin kita dapat memahami karya sastra dengan baik tanpa mempunyai pengetahuan mengenai hakikat dan struktur bahasa dengan baik. Apalagi kalau diingat bahwa karya sastra menggunakan ragam bahasa khusus yang tidak sama dengan bahasa umum.
3.      Bagi guru umum dan guru bahasa
Pengetahuan linguistik  sangat penting, mulai dari subdisiplin, fonologi, morfologi, sintaksis, semantik, leksikologi, sampai dengan pengetahuan mengenai hubungan bahasa dengan kemasyarakatan dan kebudayaan. Bagaimana mungkin seorang guru bahasa dapat melatih keterampilan berbahasa kalau dia tidak menguasai fonologi; bagaimana mungkin dia dapat melatih keterampilan menulis (mengarang) kalau dia tidak menguasai ejaan, morfologi, sintaksis, semantik dan leksikologi.
4.      Bagi penerjemah
Pengetahuan linguistik mutlak diperlukan bukan hanya yang berkenaan dengan morfologi, sintaksis, dan semantik saja, tetapi juga berkenaaan dengan sosiolinguistik dan kontrastif linguistik. Seorang penerjemah bahasa Inggris-Indonesia harus bisa memlih terjemahan misalnya, my brother itu menjadi “kakak saya”, “adik saya”, atau cukup “ saudara saya” saja.
5.      Penyusun kamus atau leksikografer
Menguasai semua aspek linguistik mutlak diperlukan, sebab semua pengetahuan linguistik akan memberi manfaat dalam menyelesaikan tugasnya.  Untuk bisa menyusun kamus dia harus mulai dengan menentukan  fonem-fonem bahasa yang akan dikamuskannya, menentukan ejaan atau grafem fonem-fonem tersebut, memahami seluk-beluk bentuk dan pembentukan kata, struktur frase, struktur kalimat, makna leksikal, makna gramatikal, makna kontekstual, dan makna idiomatikal, serta latar belakang sosial bahasa tersebut.
6.      Penyusun buku pelajaran
Pengetahuan linguistik akan memberi tuntunan bagi penyusun buku teks dalam menyusun kalimat yang tepat, memilih kosa-kata yang sesuai dengan jenjang usia pembaca buku tersebut.
7.      Para negarawan atau politikus
Pengetahuan linguistik  bagi para negarawan dan politikus dalam memperjuangkan ideologi dan konsep-konsep kenegaraan atau pemerintahan, secara lisan dia harus menguasai bahasa dengan baik serta berkaitan dengan kemasyarakatan, maka tentu dia akan dapat meredam dan menyelesaikan gejolak sosial yang terjadi dalam masyarakat akibat dari perbedaan dan pertentangan bahasa.[7]
C.    Objek Kajian Linguistik
Objek linguistik adalah bahasa.Akan tetapi pengertian istilah “bahasa” itu belum jelas.Karena itu, marilah kita teliti berbagai arti yang dimiliki istilah “bahasa” itu.
Pertama, istilah “bahasa” sering dipakai dalam arti kiasan seperti dalam ungkapan seperti “bahasa tari”, “bahasa alam”, “bahasa tubuh”, dan lain sebagainya. Perlu diperhatikan bahwa arti kiasan seperti itu tidak termasuk arti istilah “bahasa” dalam ilmu linguistik.
Kedua, ada pengertian istilah “bahasa” dalam arti “harfiah”. Arti itu yang kita temukan dalam ungkapan seperti “ilmu bahasa”, “bahasa Indonesia”, “bahasa inggris”, “semestaan bahasa”, dan lain sebagainya. Dalam pengertian demikian kita sebaiknya membedakan langage, langue, dan parole.
Hanya dalam pengertian kedua inilah bahasa itu menjadi objek ilmu linguistic. Di samping itu, kita juga membedakan bahasa tutur dan bahasa tulis. Bahasa tulis dapat disebut “turunan” dari bahasa tutur. Bahasa tutur merupakan objek primer ilmu linguistik, sedangkan bahasa tulis merupakan objek sekunder linguistik. Bahasa tulis, atau “ortografi”, pada umumnya tidak merupakan representasi langsung dari bahasa tutur, dan justru di sinilah ada banyak masalah yang pantas diteliti oleh ahli linguistic. Yang penting disini ialah bahwa setiap bahasa pada dasarnya berbentuk bahasa tutur. Hanya secara sekunder sajalah bahasa berbentuk tulis.
Akhirnya perlu kita bertanya bagaimana langage, langue dan parole dibedakan sebagai objek linguistik. Parole merupakan objek konkret untuk ahli linguistik, bagaikan bahan “mentah” yang biasa disebut “data” (atau “teks”). Langue adalah objek yang sedikit lebih abstrak, dan yang paling abstrak adalah langage.
Perlu diperhatikan bahwa menguasai suatu bahasa (dalam arti dapat memakai secara lancar) tidak sama dengan menerangkan kaidah-kaidahnya. Tambahan pula, belajar suatu bahasa tidak ama dengan belajar tentang bahasa tersebut. Misalnya, anda menguasai bahasa Indonesia, tetapi tanpa keahlian khusus anda tidak dapat menerangkan tata bahasa Indonesia. Dengan perkataan lain, apa yang anda kuasai (yaitu bahasa Indonesia sebagai langue) memang merupakan objek penelitian linguistik terhadap bahasa Indonesia, tetapi cara menguasai bahasa tersebut  bukanlah objek linguistic. Kalau begitu, apakah fungsi penguasaan suatu bahasa dalam penelitian linguistik? Jawabannya adalah penguasaan merupakan titik tolak dari penelitian, dan kita tahu secara intuitif apakah suatu contoh dari parole benar atau tidak benar. Misalnya, bila ada orang berkata kucing itu mengejar besar tikus, serta-merta kita tahu bahwa kalimat itu tidak benar, bukan karena orang itu tidak menguasai bahasa Indonesia, melainkan karena alasan lain, seperti salah ucap, atau karena orangnya lelah, atau ia kurang memperhatikan apa yang dikatakannya.
Dengan perkataan lain, parole adalah objek linguistic konkret. Karena kita lancar dalam bahasa yang bersangkutan (atau orang lain yang membantu kita), kita dapat membedakan yang tepat dan yang tidak tepat, dan dari itulah dapat kita tarik kesimpulan menyangkut langue yang bersangkutan. Akhirnya, dengan membandingkan bahasa-bahasa yang agak banyak, kita dapat menyimpulkan hal-hal tertentu tentang langage.[8]
D.    Fungsi linguistik
1.      Fungsi umum
Fungsi umum adalah sebagai alat komunikasi sosial. Di dalam masyarakat ada komunikasi atau saling hubungan antar anggota. Untuk keperluan itu dipergunakan suatu wahana yang dinamakan bahasa. Dengan demikian, setiap masyarakat dipastikan memiliki dan menggunakan alat komunikasi sosial tersebut. Tidak ada masyarakat tanpa bahasa, dan tidak ada pula bahasa tanpa masyarakat. Ada orang yang mempertanyakan mana yang lebih dulu ada, bahasa atau masyarakat. Pertanyaan ini sama dengan pertanyaan mana yang lebih dulu, ayam atau telur?
Disuatu media massa (Abadi, 1971) seorang bernama Kang En (mungkin nama samaran) menulis sebuah artikel yang isinya agak provokatif, yaitu : “ bahasa yang merusak mental bangsa”.  Hal ini perlu diketengahkan sebab tulisan itu tampaknya beranjak dari hipotesis Whorf-Sapir. Ada tiga persoalan dalam bahasa indonesia yang di kemukakan oleh Kang En, yaitu: (1) masalah kata sapaaan, (2) masalah kala (tenses), dan (3) salam (greeting).
a.       masalah kata sapaaan
disana dikemukakan oleh Kang En bahwa kata sapaan dalam bahasa Indonesia (Bapak, Ibu, Saudara) meminjam kata dari perbendaharaan hubungan kekerabatan/ famili(bapak, ibu ,saudara). Hal ini tampaknya ada suatu dampak yang signifikan, yakni mengakibatkan masyarakat pemakainya memiliki sifat familier dan nepotis.
a.       masalah kala (tenses)
bahasa Indonesia sebagai bahsa tipe aglunatif memang tidak mengenal tenses (kala). Hal ini telah mengakibatkan masyarakatnya kurang begitu peduli waktu dang kurang menghargai waktu atau kurang disiplin masalah waktu.
b.      salam (greeting)
salam kita yang paling populer adalah apa kabar ? yang menjadi persoalan ialah, samakah perilaku bangsa yang menggunakan salam apa kabar? Dengan perilaku bangsa yang menggunakan how do you do! Dampak pemakaian kata do tampaknya berbeda dengan pemakaian apa kabar. Kata do memiliki sugesti untuk membuat sesuatu, sedangkan kata apa kabar memiliki sugesti “memburu berita”.

2.      Fungsi Khusus
Jakobson membagi fungsi bahasa atas enam macam, yakni fungsi emotif, konatif, referensial, puitik, fatik, dan metalingual.  Ahli bahasa yang gagasannya terilhami oleh Buhler ini mendasarkan pembagiannya atas tumpuan perhatian atau aspek. Seperti kita ketahui bahwa bahasa memiliki enam aspek, yakni aspek addreser, context, messege, contact, code, dan addresce.
Apabila tumpuaaNnya pada si penutur (addreser), fungsi bahasanya dinamakan emotif. Apabila tumpuaan pembicaraannya pada (context),  fungsi bahasa disebut referensial. Apabila tumpuaan pembicaraannya pada amanat (messege), fungsi bahasanya disebut  puitik (poetic). Apabila tumpuaan pembicaraannya pada kontaks (contact), fungsi bahasanya disebut fatik (phatic). Apabila tumpuaan pembicaraannya pada kode (code), fungsi bahasanya disebut metalingual. Apabila tumpuaan pembicaraannya pada lawan bicara (addresce) fungsi bahasanya dinamakan konatif. [9]
E.     Hakikat Bahasa
Kata bahasa dalam bahasa Indonesia memiliki lebih dari satu makna dan pengertian sehingga seringkali membingungkan.[10]
1.      Bahasa Sebagai Sistem
Sistem berarti susunan teratur berpola yang membentuk suatu keseluruhan yang bermakna atau berfungsi. Sebagai sebuah sistem, bahasa sekaligus bersifat sistematis dan sistemis. Sistematis artinya bahasa tersusun berdasarkan suatu pola tertentu. Sedangkan sistemis artinya bahasa bukan merupakan sistem tunggal, tetapi terdiri dari sub sistem/ sistem bawahan.
Jenjang subsistem dalam linguistik dikenal dengan nama tataran linguistik atau bahasa. Jika diurutkan dari tataran terendah sampai tertinggi, yang menyangkut ketiga subsistem struktural yaitu tataran fonem, morfem, frase, klausa, kalimat, dan wacana.
Dalam morfologi, kata menjadi satuan terbesar dan dikaji dtruktur dan proses kajianya, sedangkan sintaksis kata menjadi satuan terkecil dan dikaji sebagai unsur pembentuk sintaksis yang lebih besar.
2.        Bahasa sebagai lambang
Kata lambang sering dipadankan dengan kata simbol dengan pengertian yang sama. Lambang dengan berbagai seluk beluknya dikaji orang dalam kegiatan ilmiah yang disebut ilmu semiotika atau semiologi. Bahasa merupakan sistem lambang bunyi yang membuat penuturnya bisa menyampaikan semua pikiran atau sikap sebagai sebuah lambang atau simbol untuk mengacu pada sesuatu yang disimbolkan. Hanya yang perlu digaris bawahi bahwa antara lambang dengan sesuatu yang dilambangkan tidak ada hubungan secara langsung. Setiap kata memang mengacu pada yang dilambangkan. Namun, kata saja tidak bisa dipahami secara utuh tanpa melibatkan konteks penggunaan kata itu dalam struktur yang lebih besar seperti frasa, klausa, dan kalimat. Konteks berperan penting dalam penggunaan suatu kata sebagai lambang.
3.      Bahasa adalah bunyi
Yang dimaksud dengan bunyi bahasa atau bunyi ujaran adalah satuan bunyi yang diucapkan oleh alat ucap manusia. Dalam linguistik yang disebut bahasa, yang primer adalah yang diucapkan, yang dilisankan, yang keluar dari alat ucap manusia. Bahasa yang dilisankan inilah yang menjadi objek linguistik, hanyalah bersifat sekunder.
4.      Bahasa  itu bermakna
Yang dilambangkan dalam lughah itu adalah suatu pengertian, suatu konsep, suatu ide, atau suatu pikiran yang ingin disampaikan dalam wujuud bunyi. Oleh karena itu, dapat dikatakan bahwa bahasa itu mempunyai makna. Lambang-lambang bunyi bahasa yang bermakna itu di dalam bahasa berupa satuan-satuan bahasa yang berwujud morfem, kata (kalimah), frasa (tarkiib), klausa (jumailah), kalimat (jumlah), dan wacana (maqaal). Semua satuan itu memiliki makna. Namun karena ada perbedaan tingkataNnya, maka jenis maknanyapun tidak sama. Makna yang berkenaan dengan morfem dan kata disebut makna leksikal (ma’na al-lafdzi), yang berkenaan dengan frasa, klausa, kalimat disebut makna gramatikal (ma’na an-nahwiy), dan yang berkenaan dengan wacana disebut dengan makna pragmatik atau makna konteks (ma’na at-tadaawuli atau ma’na al-siyaaqi).
5.      Bahasa itu Arbitrer
Yang dimaksud dengan istilah arbitrer adalah tidak adanya hubungan wajib antara lambang bahasa (yang berwujud bunyi itu) dengan konsep atau pengertian yang dimaksud oleh lambang tersebut. Andaikata ada hubungan wajib antara lambang dengan yang dilambangkan, tentu lambang yang dalam bahasa Arab berbunyi “bait” akan disebut juga “bait” dalam bahasa Indonesia, bukan “rumah”. Dengan kata lain, tidak ada kata yang baik dan kata yang buruk dalam membincangkan nama-nama satuan-satuan kosakata.
6.      Bahasa itu Konvensional
Meskipun hubungan antara lambang bunyi dengan yang dilambangkan bersifat arbitrer, tetapi penggunaan lambang tersebut untuk suatu konsep tertentu bersifat konvensional. Artinya semua anggota masayarakat bahasa itu digunakan untuk mewakili konsep yang diwakilinya.
7.      Bahasa itu Produktif
Meskipun unsur-unsur bahasa itu terbatas, tetapi dengan unsur yang jumlahnya terbatas itu dapat dibuat satuan-satuan bahasa yang jumlahnya tidak terbatas, meski secara relatif sesuai dengan sistem yang berlaku dalam bahasa tersebut. Oleh karenanya, bahasa dikatakan produktif.
8.      Bahasa itu Unik
Bahasa dikatakan bersifat unik berarti setiap bahasa mempunyai ciri khas sendiri yang tidak dimiliki oleh bahasa lainya. Ciri khas ini menyangkut sistem bunyi, sistem pembentukan kata, kalimat atau sistem-sistem lainya. Salah satu keunikan bahasa Indonesia adalah bahwa tekanan kata tidak bersifat morfemis, melainkan sintaksis, maksuDnya makna kata tetap yang berubah makna keseluruhan kalimat.
9.      Bahasa itu Universal
Ada ciri-ciri yang sama yang dimiliki oleh setiap bahasa yang ada didunia ini. Ciri-ciri itu menjadi unsur bahasa yang paling umum yang bisa dikaitkan dengan ciri-ciri atau sifat-sifat bahasa lain. Karena bahasa itu berupa ujaran, maka ciri universal dari bahasa yang paling umum adalah bahwa bahasa itu mempunyai bunyi bahasa yang terdiri dari vokal dan konsonan. Bukti lain dari keuniversalan yang bermakna adalah berupa kata (kalimah), frasa (tarkiib), klausa (jumailah), kalimat (jumlah), dan wacana (maqaal). Namun pembentukan satuan-satuan tersebut mungkin tidak sama.
10.  Bahasa itu Dinamis
Bahasa merupakan satu-satunya milik manusia yang tidak pernah lepas dari segala kegiatan dan gerak manusia sebagai makhluk hidup yang berbudaya dan bermasyarakat. Dalam kehidupan bermasyarakat kegiatatan manusia itu tidak tetap dan selalu berubah-ubah, maka bahasapun juga ikut berubah, menjadi tidak tetap, dan menjadi statis. Karena itulah bahasa itu disebut dinamis.
Perubahan bahasa bisa terjadi pada semua tataran, baik fonologi, morfologi, sintaksis, semantik, maupun leksikon. Perubahan yang paling jelas, dan paling banyak terjadi terdapat pada bidang leksikon dan semantik. Hampir setiap saat ada kata-kata baru yang muncul sebagai akibat perubahan budaya dan ilmu, atau ada kata-kata lama yang muncul dengan makna baru. Perubahan bahasa yang terjadi bisa berupa pengembangan dan perluasan ataupun berupa kemunduran sejalan dengan perubahan yang dialami oleh masyarakat bahasa yang bersangkutan. Kemampuan adaptasi yang dimiliki oleh bahasa inilah yang membuat sebagian ahli menganggap bahwa bahasa itu sempurna (al-lughah al-kamiilah).

11.  Bahasa itu Bervariasi
Mengenai variasi bahasa ini ada tiga istilah yang perlu diketahui, yaitu idiolek, dialek, dan ragam. Idiolek adalam ragam atau variasi bahasa yang bersifat perseorangan. Dialek adalah variasi bahasa yang digunakan oleh kelompok anggota masyarakat pada suatu tempat atau suatu waktu. Ragam atau ragam bahasa adalah variasi bahasa yang digunakan dalam situasi, keadaan, atau untuk keperluan tertentu. Untuk situasi formal digunakan ragam bahasa yang disebut ragam bahasa baku atau standar dan untuk situasi tida formal digunakan ragam bahasa yang tidak baku atau nonstandar.
12.  Bahasa itu Manusiawi
Bahwa alat komunikasi manusia yang namanya bahasa adalah bersifat manusiawi, dalam arti hanya milik manusia dan hanya dapat digunakan oleh manusia. Alat komunikasi binatang bersifat terbatas, dalam arti hanya digunakan untuk keperluan hidup “kebinatanganya”itu sendiri.



BAB III
PENUTUP
Kesimpulan
Kata linguistik berasal dari kata latinlingua yang berarti bahasa. Dalam bahasa Indonesia linguistik adalah nama bidang ilmu, dan kata sifatnya adalah linguistis atau linguistik.
Bagi linguis sendiri pengetahuan yang luas mengenai linguistik tentu akan sangat membantu dalam menyelesaikan dan melaksanakan tugasnya. Bagi guru, terutama guru bahasa, pengetahuan linguistik sangat penting, mulai dari subdisiplin fonologi, morfologi, sintaksis, semantik, leksikologi, sampai dengan pengetahuan mengenai hubungan bahasa dengan kemasyarakatan dan kebudayaan. Bagi penerjemah, pengetahuan linguistik mutlak diperlukan bukan hanya yang berkenaan dengan morfologi, sintaksis, dan semantik saja, tetapi juga yang berkenaan dengan sosiolinguistik dan kontrastiflinguistik. Pengetahuan linguistik juga memberi manfaat bagi penyusun buku pelajaran atau buku teks. Pengetahuan linguistik akan memberi tuntunan bagi penyusun buku teks dalam menyusun kalimat yang tepat, memilih kosakata yang sesuai dengan jenjang usia pembaca buku tersebut.
Objek linguistik adalah bahasa.Pertama, istilah “bahasa” sering dipakai dalam arti kiasan seperti dalam ungkapan seperti “bahasa tari”, “bahasa alam”, “bahasa tubuh”, dan lain sebagainya. Perlu diperhatikan bahwa arti kiasan seperti itu tidak termasuk arti istilah “bahasa” dalam ilmu linguistik.
Kedua, ada pengertian istilah “bahasa” dalam arti “harfiah”. Arti itu yang kita temukan dalam ungkapan seperti “ilmu bahasa”, “bahasa Indonesia”, “bahasa inggris”, “semestaan bahasa”, danlain sebagainya. Dalam pengertian demikian kita sebaiknya membedakan langage, langue, dan parole.
Fungsi Linguistik: a. Fungsi umum adalah sebagai alat komunikasi sosial. Ada tiga persoalan dalam bahasa indonesia yang di kemukakan oleh Kang En, yaitu: (1) masalah kata sapaaan, (2) masalah kala (tenses), dan (3) salam (greeting). b Fungsi Khusus, Jakobson membagi fungsi bahasa atas enam macam, yakni fungsi emotif, konatif, referensial, puitik, fatik, dan metalingual.  Ahli bahasa yang gagasannya terilhami oleh Buhler ini mendasarkan pembagiannya atas tumpuan perhatian atau aspek. Seperti kita ketahui bahwa bahasa memiliki enam aspek, yakni aspek addreser, context, messege, contact, code, dan addresce.
Hakikat bahasa adalah sebagai: (a) Bahasa Sebagai Sistem,Bahasa sebagai lambang, (b) Bahasa adalah bunyi , (c) Bahasa adalah bunyi, (d) Bahasa itu Arbitrer, (e) Bahasa itu Konvensional, (f) Bahasa itu Produktif, (g) Bahasa itu Unik, (h) Bahasa itu Universal, (i) Bahasa itu Dinamis, (j) Bahasa itu Bervariasi, (k) Bahasa itu Manusiawi.


DAFTAR PUSTAKA
Chaer, Abdul. 1994. Linguistik Umum. Jakarta: Rineka Cipta.
Chaer, Abdul. 2012. Linguistik Umum. Jakarta: Rineka Cipta.
Hijaziy, Mahmud Fahmi, Madkhalun Ilaa ‘Ulum Al-Lughah. Mesir : Dar Qoba’.
Soeparno, 2002.  Dasar-Dasar Linguistik Umum.Yogyakarta: Tiara Wacana Yogya.
Umar, Mukhtar, Ahmad. 1987. Usus ‘Ulum Al-Lughah, Judul Asli INVITATION TO LINGUISTICS (A basic indroduction to the science of language). Kairo : ‘Alim Al-Kutub.
Verhaar,1996. Asas-Asas Linguistik Umum. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press.



[1]Abdul Chaer, Linguistik Umum (EdisiRevisi), (Jakarta: PT Rineka Cipta: 2012), hlm. 1.
[2] J.W.M. Verhaar, Asas-Asas Linguistik Umum, (Yogyakarta : Gajah Mada University Press, 1996), hlm. 1.

[3] Mahmud Fahmi Hijaziy, Madkhalun Ilaa ‘Ulum Al-Lughati (Mesir: Dar Qoba’), hlm. 17.
[4] Dr. Ahmad Mukhtar Umar, Usus ‘Ulum Al-Lughah, Judul Asli INVITATION TO LINGUISTICS (A basic indroduction to the science of language), (Kairo: ‘Alim Al-Kutub, 1987), hlm. 35.
[5] Abdul Chaer, Linguistik Umum (EdisiRevisi), hlm.1.
[6] Ibid.,hlm 3-4.
[7]Ibid., hlm. 25. 
[8]J.W.M. Verhaar, Asas-Asas Linguistik Umum, Op.Cit., hal. 6-8.
[9] Soeparno, Dasar-Dasar Linguistik Umum (cetakan pertama), (Yogyakarta: Tiara Wacana Yogya:  2002), hlm. 5-10.
[10] Abdul Chaer, Linguistik Umum (cetakan pertama), (Jakarta: PT Rineka Cipta:1994),   hlm.33-56.

2 komentar: